Friday, March 6, 2009

Eclipse - Stephenie Meyer

Sthephenie Meyer kembali meluncurkan kisah kelanjutan cerita cinta terlarang Bella dan Edward, pada seri ini kisah cinta keduanya masih diwarnai perseteruan dingin antara Edward dan Jacob. Keputusan Edward untuk kembali kepada Bella setelah meliihat ketulusan hati Bella untuk menyusulnya dan menentang bahaya berhadapan dengan Volturi. Bersatunya kembali Edward dan Bella tentunya sangat melukai Jacob, begitu juga dengan kawanan werewolf di La Push, karena mereka sangat berharap para penghisap darah jauh dari lingkungan mereka. Pada seri ini Stephenie menceritakan lebih dalam tentang legenda dan seluk beluk para werewolf, kenyataan ini membuat Bella semakin berada dalam situasi yang tidak nyaman, di satu sisi keluarga Cullen adalah hidupnya tetapi di sisi lain kehadiran mereka menghidupkan para pemuda di La Push untuk menjadi werewolf. Bagian paling seru dalam buku ini tetap pada bahaya yang mengintai kehidupan Bella pun tak kalah menakutkan, kali ini Victoria tidak tinggal diam, apalagi sejak kematian James yang menurutnya akibat perbuatan Bella. Hingga Victoria pun menghidupkan vampir-vampir baru yang akhirnya menimbulkan kerusuhan hebat di Seattle. Keadaan ini meresahkan keluarga Cullen juga kawanan di La Push, akhirnya mereka pun mengadakan kompromi untuk melawan Victoria. Persiapan direncanakan dengan matang, hingga Edward dan Jacob pun untuk sementara melupakan ego mereka. Pertempuran menghadapi Victor mampu digambarkan dengan sangat mencekam, menegangkan dan tentunya menarik untuk dibaca. Tetapi pertempuran ini memaksa Jacob untuk terbaring sakit karena memaksa untuk ikut bertarung demi menyelamatkan Bella. Akhir dari buku ini sangat menyenangkan karena akhirnya Bella bersedia menerima pinangan Edward untuk segera menikah dengannya, memilih menikah dengan Edward berarti memilih untuk hidup abadi. Bagaimana kehidupan Bella setelah memutuskan untuk memilih hidup bersama Edward diceritakan di seri berikutnya “Breaking Dawn”

Thursday, March 5, 2009

What is a Dream?


Trust the dreams for hidden in them is the gate to eternity.
Kahlil Gibran

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.
Eleanor Roosevelt


Never say dreams are nothing, cause actually every dream is the obsession of our life..

Tuesday, March 3, 2009

Life's Inspiration



Is it possible for the rose to say,
"I will give my fragrance to the good people who smell me,

but I will withhold it from the bad?"
Or is it possible for the lamp to say,
"I will give my light to the good people in this room,

but I will withhold it from the evil people"?
Or can a tree say, "I'll give my shade to the good people who rest under me,
but I will withhold it from the bad"?
These are images of what love is about.
(Anthony de Mello)

" Love is for all, don't distinguish either good or bad people"

Monday, March 2, 2009

Menyerap Prana Sukses (Seri Kekayaan yang Tersembunyi)

Buku ini berisi kumpulan 36 kisah perjalanan kehidupan dalam meraih sukses dan kebahagiaan yang pernah dimuat dalam harian Kompas. Kisah dan pengalaman mereka yang telah mencapai sukses bisa dijadikan teladan dan pemicu semangat kehidupan kita. 
Pengalaman Richard Oh yang rela meninggalkan bisnis advertising demi memulai usaha baru yang berawal dari kegemarannya membaca buku, dengan pengalaman dan ide kreativitasnya Richard Oh mampu menghadirkan sebuah konsep yang berbeda tentang toko buku. Dari pengalaman Richard Oh kita belajar bagaimana memaknai hidup dan sukses dari sesuatu yang menjadi kesukaan, talent atau bakat bukanlah faktor genitas tapi karena ketekunan kita mempelajari sesuatu.
Pengalaman Widodo Suryo bekerja selama 30 tahun sebagai penerjemah mantan presiden Suharto memberikan pelajaran bagaimana untuk berdedikasi dan setia akan pekerjaan. Sebagai penerjemah tentunya Widodo mengetahui segala rahasia pembicaraan Pak Harto dengan pejabat asing, akan tetapi Widodo mampu membungkus seluruh rahasia itu di balik sikapnya yang santun, “tahu diri dan tahu profesi”. Bahkan saat berhadapan dengan wartawan pun, widodo mampu menjaga kepercayaan dan profesionalisme sebagi penerjemah negara.
Masih banyak kisah-kisah penuh inspirasi dan kesuksesan dalam seri menyerap prana sukses ini yang merupakan kekayaan tersembunyi sehingga bisa kita jadikan contoh berharga dalam berkarya.


Sunday, March 1, 2009

The Praying Hands


Dahulu kala di abad 15, ada sebuah keluarga dengan delapan belas orang yang tinggal di sebuah desa kecil dekat Nuremberg. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sang ayah sebagai kepala rumah tangga bekerja sebagai tukang emas. Bekerja hampir selama 18 jam setiap harinya, baik bekerja di pasar atau pekerjaan lain yang bisa dia temukan di sekitarnya. 

Meskipun keadaan mereka terlihat tak punya harapan, dua orang anak tertua Albrecht Durer mempunyai sebuah impian.Keduanya ingin mewujudkan bakat mereka di dunia melukis,tetapi mereka sepenuhnya tahu bahwa ayah mereka tidak akan mampu membiayai bahkan mngirimkan salah seorang dari mereka ke Nuremberg untuk belajar di Akademi. 

Setelah melalui pembicaraan yang panjang di ranjang mereka yang sempit di suatu malam, dua orang anak lelaki itu akhirnya melakukan suatu perjanjian. Mereka akan melemparkan sebuah koin. Yang kalah akan pergi ke penambangan terdekat dan dengan pendapatannya membiayai saudaranya yang kuliah di akademi. Kemudian, ketika saudara yang memenangkan undian selesai menyelesaikan sutdinya, dalam empat tahun, dia membantu saudaranya yang lain untuk kuliah di akademi, selain dari hasil penjualan lukisannya jika perlu dengan bekerja di pertambangan,

Mereka melempar koin ada Minggu pagi setelah dari gereja. Albrecht Durer memenangkan undian dan pergi ke Nuremberg.

Albert pergi ke pertambangan yang berbahaya dan selama empat tahun berikutnya membiayai saudaranya yang bekerja di akademi serasa pengalaman yang sangat cepat. Goresan-goresan Albrechts, potongan-potongan kayu dan cat minyaknya jauh lebih bagus dari kebanyakan karya profesornya, dan pada saat dia lulus, dia mulai menerima upah sebagai pembayaran atas tugas-tugas pekerjaannya.

Ketika seniman muda ini kembali ke desanya, keluarga Durer melangsungkkan makan malam istimewa di halaman mereka untuk merayakan kejayaan kepulangan Albrecht. Setelah makan malam yang lama dan mengesankan, diiringi dengan musik dan tawa, Albrecht berdiri dari tempat terhormatnya di ujung meja untuk minum bersulang buat saudara tercintanya yang selama tahun-tahun pengorbanannya yang membuat Albrecht memenuhi obsesinya. Kata penutupnya, “Dan sekarang, Albert, saudaraku yang terkasih, sekarang giliranmu. Sekarang kau bisa pergi ke Nuremberg untuk mewujudkan impianmu, dan aku akan menjagamu.”
Semua kepala berputar dengan penuh harap ke ujung meja tempat Albert duduk, air mata berderaidi wajah pucatnya, mengguncang wajahnya ketika dia tersedu dan berulang kali berkata tidak..tidak..”

Akhirnya, Albert berdiri dan mengusap air mata di pipinya. Dia melihat sekilas ke meja yang panjang pada wajah yang dia cintai, dengan mengenggam tangan kanannya dekat dengan pipi kanannya, dia berkata perlahan, “Tidak saudaraku, Aku tak dapat pergi ke Nuremberg. Itu sudah terlalu terlambat untukku. Lihat..lihat apa yang telah dilakukan selama empat tahun di pertambangan pada tanganku! Tulang-tulang di setiap jari-jari sudah berderak, dan sekarang aku menderita arthritis yang parah pada tangan kananku, hingga aku bahkan tak dapat memegang gelas untuk bersulang denganmu, lebih lagi untuk membuat garis di atas perkamen atau kanvas dengan pena atau kuas. Tidak saudaraku...untukku ini sudah sangat terlambat.”

Lebih dari 450 tahun berlaru, karya-karya Albrecht Durer banyak dijumpai di banyak museum di seluruh dunia, tetapi yang sangat terkenal adalah lukisan sebuah tangan berdoa. Lukisan ini merupakan gambar dari tangan saudaranya yang telah berkorban bagi dia, Albrecht menamai lukisan ini “Hands” tetapi belakangan terkenal dengan sebutan “The Praying Hands” 

Lukisan ini mengingatkan pada kita bahwa kita tidak bisa hidup sendiri, keteguhan hati Albert untuk berjuang bagi keberhasilan saudaranya bisa menjadi renungan bagi kita, bahwa segala keberhasilan pasti ada pengorbanan dan cinta. Hendaklah kita diam sebentar, melihat ke sekitar,mengucap terima kasih dan menghormati kepada seseorang yang telah membantu kita.